Ngomongin Vaksin
Tadi pas saya berangkat kerja sekitar pukul 11.30 WIB, di Desa Penebal, tepatnya di depan Kelenteng yang beberapa waktu lalu baru di resmikan, saya melihat banyak orang berhenti. Saya fikir ada orang kecelakaan. Sebab, saya juga melihat banyak aparat kepolisian. Karena waktu itu saya pakai masker, jadi saya PD saja untuk lewat.
Tiba-tiba ada polisi yang memberhentikan saya. Bertanya seperti ini :
"Siang, Pak!"
"Sudah vaksin?"
"Sudah, Pak!"
"Punya bukti?"
"Punya, Pak!"
Lalu saya mengeluarkan dompet untuk menunjukkan kartu vaksin yang sudah saya cetak tanggal 7 Oktober yang lalu. Belum sempat saya mengeluarkan kartu vaksin, begitu melihat kartu vaksin saya terselip rapi di antara KTP dan ATM, langsung saja polisi tersebut bilang "Sudah... Sudah... Kamu boleh jalan".
***
Ternyata, keramaian yang saya lihat tadi bukan kecelakaan, tapi ada pemeriksaan kepada pengguna jalan apakah sudah vaksin atau belum. Semua motor dan mobil yang lewat di minta untuk berhenti. Kemudian di tanya-tanya seperti dialog saya di atas.
Dan untungnya saya sudah vaksin. Bayangkan kalau saya belum vaksin. Pasti di minta untuk menuju tenda yang ada di halaman kelenteng tersebut. Untuk di ambil datanya. Dan itu memakan waktu yang cukup lama. Apalagi kalau yang belum vaksin jumlah nya cukup banyak.
***
Ngomong-ngomong soal vaksin, saya termasuk orang yang cukup antusias terhadap vaksin yang di berikan oleh pemerintah. Begitu Puskesmas Pematang Duku Timur membuka kesempatan kepada masyarakat untuk vaksin. Saya langsung berangkat untuk mengantri.
Begitu juga orang tua saya. Awal nya mereka berdua ragu. Apalagi ketika saudara saya ada yang bilang "Emak dan Bapak jangan vaksin lagi. Takut kenapa-kenapa. Sebab sudah tua".
Tapi saya meyakinkan orang tua kalau semua akan baik-baik saja. Sebab saya yakin, sebelum di vaksin, dokter pasti bertanya tentang riwayat penyakit. Yang perlu di lakukan hanyalah berkata jujur. Kalau punya penyakit, bilang punya. Kalau tidak, bilang tidak. Nanti pasti akan di periksa. Tak mungkin dokter nya langsung suntik. Itu menyalahi aturan.
Dan terbukti, ketika di vaksin, orang tua saya tidak kenapa-kenapa. Demam pun tidak. Hanya mengantuk dan lapar saja. Kayaknya itu efek obatnya. Selain itu, aman-aman saja.
Sekarang ketika kemana-mana harus menunjukkan bukti vaksin, orang tua saya sudah bisa tenang. Sebab, memang sudah punya. Bayangkan kalau mereka belum vaksin hanya karena mendengar ucapan ini itu, ujung-ujungnya mereka juga yang akan susah.
Memang banyak sekali yang tidak mau vaksin. Dengan berbagai macam alasan. Ini beberapa alasan yang berhasil saya kumpulkan dari bertanya-tanya :
- Takut
- Tidak kemana-mana
- Tidak ada jaminan
- Termakan berita hoax
Ada yang tidak mau vaksin hanya gara-gara termakan berita hoax. Mereka meyakini kalau vaksin adalah cara licik elit penguasa untuk mengurangi populasi manusia di dunia. Kalau alasan mereka tidak mau vaksin karena membaca berita yang salah, tinggal kasih berita yang benar saja. Cara nya adalah merujuk ke web-web khusus yang menangani Covid 19 ini. Tentu saja informasi di web-web tersebut lebih kredibel dan terpercaya.
***
Keputusan mau di vaksin atau tidak memang ada di tangan masing-masing. Cuma kalau sekarang kemana-mana harus menunjukkan bukti vaksin, mau tidak mau kita semua memang harus di vaksin. Jadi, ayo vaksin 😎
Post a Comment for "Ngomongin Vaksin"
Luangkan sedikit waktumu untuk berkomentar, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Terima kasih!!!