Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lylia Silvanna Putri

Lylia Silvanna Putri

Hai Kak!!! Kenalin nama aku Lylia Silvanna Putri. Tapi karena aku cengeng, orang-orang di rumah ini biasa memanggil aku Engeng. Nama panggilan yang benar-benar meresahkan. Hahaha

Waktu di beri nama Lylia Silvanna Putri oleh Mas Hatim, aku langsung takjub. Dalam hatiku berkata “Keren amat nama ini”. Tapi setelah tahu maksud di balik pemberian nama tersebut, aku cuma bisa malu-malu ayam kucing.

Jadi waktu pertama kali datang ke rumah Mbah Nizar, aku langsung masuk ke setiap ruangan dalam rumah ini.  Tak sengaja aku melihat ada pintu kamar yang terbuka. Tanpa memberi tanda dengan suara khas kucing lainnya, aku langsung masuk. Rupanya itu kamarnya Mas Hatim, tuan aku yang sampai sekarang belum nikah-nikah juga, padahal sudah tua. Ups…

Waktu aku masuk, Mas Hatim tengah berbaring di ranjang sambil main game Mobile Legends. Aku yang sok akrab langsung meloncat dan tiduran di dadanya. Mas Hatim yang tengah fokus nge-push pakai hero kesayangannya Moskov, tentu saja terkejut melihat ada kucing asing tiba-tiba nangkring begitu saja. Konsentrasi nya buyar. Moskov Mas Hatim langsung tertangkap sama hero lawan, Silvanna. Kemudian di combo kan sama skill 1 nya Lylia. Ya, K.O lah. Hahaha

Mas Hatim langsung bersungut-sungut (baca : mengomel). Aku jadi geli sendiri kalau mengingatnya. Mas Hatim langsung menatap aku dengan tajam. Aku fikir dia akan marah atau malah memukul aku. Ternyata dugaan aku salah. Mas Hatim malah membelai kepala aku dengan lembut, dalam waktu yang cukup lama. Mungkin untuk memastikan kalau di kepala aku tidak ada paku, yang kalau tercabut bisa merubah aku jadi siluman kucing. Hiya-hiya!!!

Karena kejadian itulah, aku di beri nama Lylia Silvanna Putri. Menurut Mas Hatim, Lylia itu hero Mobile Legends yang badannya kecil tapi sangat sulit di tangkap sedangkan Silvanna itu hero yang bisa muncul tiba-tiba dan tahu-tahu kita sudah lengket di buatnya. Sama persis kayak aku. Badan aku kecil, muncul tiba-tiba dan tahu-tahu sudah lengket begitu saja.

Soal nama belakang aku, Putri, aku bisa menebak kalau Mas Hatim sengaja memberi nama tersebut karena aku kucing betina. Memang sudah tidak ada alasan lain lagi selain itu. Tidak mungkin kan Mas Hatim memberi nama tersebut karena berfikir kalau aku di cium pas tengah malam Jum’at Kliwon, tiba-tiba keajaiban terjadi. Aku berubah menjadi seorang putri yang cantik jelita. Hahaha

***

Awal-awal aku disini, hampir tiap saat aku mengeong ketika melihat orang lewat. Sampai-sampai Mbah Nizar selalu bilang “Ngapolah dkw nih cengeng betol?”

Bukan itu saja, hampir tiap hari juga aku di omelin sama Mbah Nizar. Sebab saat Mbah Nizar berjalan, aku selalu mengeserkan badan aku ke kakinya. Sampai-sampai Mbah Nizar hampir jatuh karena tersandung badan aku. Padahal saat itu Mbah Nizar sedang membawa mangkok yang berisi gulai. Bayangkan kalau kamu sedang membawa mangkok yang berisi gulai panas, tiba-tiba ada kucing yang menghalangi jalanmu dengan cara menggeser-geserkan badannya ke kakimu, yakin kamu tidak akan marah?

Lylia Silvanna Putri 2

Hampir setiap kali aku mengeong di dapur, penghuni rumah ini selalu memberi aku makan. Mereka fikir aku lapar. Padahal aku tidak lapar. Aku hanya kesepian. Iya, kesepian

Sampai saat inipun aku masih belum yakin kenapa aku bisa terdampar disini. Soal asal usul pun, aku tidak ingat. Apakah aku punya saudara atau tidak? Aku beneran kucing atau bukan. Yang aku tahu, bulu ku warna nya unik. Ada kombinasi berbagai macam warna yang membuat aku lebih mirip Tiger Woods di bandingkan kucing.

Tahu Tiger Woods kan?

Itu lho binatang yang nama aslinya Macan Akar tapi orang Melayu menyebutnya Ghimau Ako. Hahaha

***

Seminggu pertama disini, aku tiduran di dapur. Tepatnya di bawah meja. Sebenarnya aku pengen tidur di kamarnya Mas Hatim, tapi nggak di kasih. Hal ini di sebabkan aku nya suka berisik. Mengeong-ngeong di telinganya Mas Hatim. Mas Hatim mana bisa tidur nyenyak dalam keadaan bising.

Walaupun aku tak bisa tidur di kamarnya Mas Hatim, tapi ada moment yang paling aku tunggu-tunggu setiap pagi. Iya, setiap pagi ketika Mas Hatim bangun terus ke kamar mandi untuk berwudhu, aku langsung menyelinap masuk. Sembunyi di bawah kolong tempat tidur.

Nanti setelah Mas Hatim masuk kamar, mengunci pintu dan kemudian Sholat Subuh, aku baru keluar. Aku langsung naik ke atas tempat tidur. Melihat Mas Hatim sholat dengan khusu’.

Begitu selesai sholat, aku langsung masuk ke pangkuan Mas hatim. Ini adalah moment sakral. Mas Hatim berdoa dan aku yang berada di pangkuannya seolah-olah ikut meng-Aamiin-kan doanya.

Mas Hatim itu orangnya sederhana. Begitu juga dengan doanya. Dalam doanya, Mas Hatim hanya meminta hal-hal sederhana.

Mas Hatim tidak minta di jadikan kaya raya seperti Mark Zuckerberg. Tidak minta di jadikan tampan seperti Lee Min Ho. Tidak juga minta seorang calon istri yang seanggun Anna Althafunnisa dalam film Ketika Cinta Bertasbih. Mas Hatim hanya meminta hal-hal standar ala seorang hamba.

Tapi yang aku ingat betul, Mas Hatim selalu menyebut nama seorang cewek dalam do’anya. Dia pengen banget cewek tersebut menjadi istrinya suatu saat nanti. Mau tahu siapa cewek tersebut? Ya, rahasia dong. Hahaha

Seekor kucing harus setia menjaga rahasia tuannya.

Tapi pernah beberapa kali Mas Hatim mengajak aku ngobrol. Menganggap aku layaknya seorang manusia. Lebih tepatnya seorang teman. Mungkin kalau ada yang melihat Mas Hatim ngobrol sama kucing, mereka pasti menganggap Mas Hatim sudah gila.

Tapi jangan salah, orang yang mengobrol sama kucing, bunga atau pun tembok adalah orang yang memiliki kepribadian unik, memiliki sifat yang mengagumkan dan memiliki hati yang baik. Memang kami tidak bisa bicara, tapi setidaknya kami adalah pendengar yang baik. Dan yang pasti, kami setia. Kami tidak seperti sebagian orang yang memiliki sifat seperti kuali. Depan cantik, belakang gosong. Hahaha

Mas Hatim pernah bilang kalau dia menginginkan cewek yang namanya selalu di sebut dalam do’a itu bukan karena cewek tersebut cantik, walau pun pada kenyataanya cewek tersebut cantik banget. Memiliki pipi yang bulat dan alis mata yang lucu kayak ulat bulu adalah nilai plusnya.

Mas Hatim menginginkan cewek tersebut karena cewek tersebut benar-benar baik. Bahkan, saat dia marah pun masih tetap memperlakukan Mas Hatim dengan Baik.

Cuma Mas Hatim kadang suka bingung menghadapi sifat cewek tersebut yang suka badmood tiba-tiba. Paginya baik, beberapa jam kemudian sudah badmood. Sorenya baik, malamnya badmood lagi. Entah mana yang lebih susah, memahami cewek yang suka badmood atau solo lord menggunakan Estes.

Sampai-sampai Mas Hatim bilang “Ngeng (nama panggilan kesayangan aku, hahaha), memahami hati ***A, tidak akan cukup umur aku. Tapi aku mau Engeng jadi saksi, walau sesulit apapun keadaannya, aku tidak akan pernah menyerah. Walaupun dio duo kali sekejap badmoodnya, tapi dio beneran cewek yang baik”.

Nah, itu baru mantap, Mas. Cowok sejati itu tidak akan mengalah dengan keadaan. Semangat!!!

***

Moment paling menyedihkan selama aku di rumah ini adalah saat Mas Hatim kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Apalagi saat Mas Hatim di bawa ke Puskesmas menggunakan Ambulance. Suasana hati aku jadi tidak tentram. Aku takut Mas Hatim kenapa-kenapa. Tapi untungnya, Mas Hatim baik-baik saja walaupun butuh waktu yang cukup lama untuk membuat keadaannya kembali seperti semula.

Selama Mas Hatim beristirahat pasca kecelakaan, aku menjadi kucing yang sangat manis. Aku cukup tahu diri. Kalau biasanya aku selalu meloncat naik ke dadanya, selama sakit aku tidak melakukan hal itu dulu. Sebab aku tahu, bagian dada Mas Hatim terutama yang sebelah kanan mengalami benturan yang cukup keras. Mungkin ada luka di bagian dalamnya. Dan luka dalam membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh seperti sedia kala.

Selama Mas Hatim sakit, Mas Hatim tidur di ruangan TV di temani sama Mbah Nizar dan keponaannya Arief. Otomatis kamar Mas Hatim kosong. Itu sebabnya aku berinisiatif menunggunya. Sebab, orang-orang tua selalu bilang, kalau kamar kosong dalam waktu yang lama, nanti akan di tempati oleh makhluk tak kasat mata.

Lylia Silvanna Putri 3

Setiap malam aku tidur di kamar Mas Hatim. Mula-mula aku tidur di atas tumpukan baju yang di letakkan Mas Hatim di atas kursi santainya. Tapi nggak enak. Aku selalu di mimpi di kejar-kejar sama kucing hitam yang perawakannya gembel habis. Besar dan berdebu. Hahaha

Jadi aku pindah tidur di atas tas laptop Mas Hatim yang diletakkan di bawah tempat tidurnya. Hummm… Nyaman. Ini baru namanya surga yang di idam-idamkan. Ehe

***

Malam kedua pasca kecelakaan, cewek yang namanya selalu Mas Hatim sebut dalam do’a datang. Dia tidak datang sendirian. Tapi ditemani sama emak dan adik bungsunya. Ini moment yang sangat langka. Aku rasa bukan cuma aku saja yang tidak bisa melupakannya, Mas Hatim juga.

Dia datang dengan penampilan kayak biasa. Cantik dan anggun. Tapi aku melihat ada raut kelelahan di wajahnya. Mungkin lelah fisik karena aktivitas kesehariannya atau karena lelah hati yang aku tidak tahu apa penyebabnya.

Tapi yang pasti, selama bertamu dia hanya diam. Cuma sesekali aku dengar dia ngobrol sama Mbah Nizar atau sama saudara Mas Hatim yang lainnya. Walaupun demikian, aku tahu sesekali dia curi pandang melihat keadaan Mas Hatim yang terbaring sakit. So sweet!!!

Engeng berdoa semoga kalian berdua berjodoh, Mas!!!

Dalam sebuah hubungan, memang banyak ujiannya. Kalau banyak hujannya, itu bulan Desember. Hahaha

***

Di rumah ini aku cuma takut sama si Kojen. Mau tahu siapakah dia?

Jadi, Kojen itu anak dari adiknya Mas Hatim. Nama aslinya adalah Muhammad Zeyn Al Mukmin. Biasa di panggil Kojen, Nden atau Popon. Anak botak yang berumur 2 tahun 3 bulan ini adalah anak yang cerdas dan aktif. Setiap melihat aku lewat, dia selalu mengejar dan menangkap aku. Dia selalu bilang “Yang cing”. Maksudnya sayang kucing. Tapi aku selalu di dekapnya erat-erat. Macam mau patah tulang-tulang aku.

Aku tahu si Kojen tidak bermaksud jahat. Dia sayang sama aku tapi caranya masih kurang benar. Pas di tangkap, aku cuma diam, pura-pura mati. Aku menunggu kesempatan, begitu Kojen lengah aku langsung kabur dan bersembunyi. Hahaha

***

Segini dulu ya ceritanya. Kapan-kapan aku sambung lagi. Bye-bye…